Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Pengelolaan Kesehatan Tanaman Seledri



    Seledri (Apium graveolens) merupakan jenis tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili Apiaceae dan seringkali dimanfaatkan sebagai pelengkap makanan dan obat-obatan. Seledri termasuk tanaman yang terkenal karena khasiatnya dan mudah dibudidayakan karena dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan syarat curah hujan tidak terlalu tinggi. Selain itu ketentuan-ketentuan umum seperti pH optimal, kesuburan tanah, juga menjadi faktor pendukung dalam budidaya tanaman seledri.

    Namun, meskipun cara budidaya tanaman seledri yang relatif mudah, salah satu faktor yang perlu diperhatikan dengan maksimal adalah pengelolaan kesehatan tanaman seledri. Sebagaimana wajarnya setiap tanaman, tentu dalam prosesnya juga tidak dapat lepas dari pengendalian penyakit maupun hama yang dapat menyerang komoditas tersebut. Oleh karena itu, dalam budidaya seledri, pengelolaan hama dan penyakit perlu menjadi prioritas.

    Tanaman seledri dalam proses budidayanya dapat terserang beberapa penyakit maupun hama. Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman seledri yaitu penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp. Seperti yang dijelaskan oleh Kurniawati dkk (2017), beberapa tahun terakhir ini telah banyak ditemukan penyakit puru akar pada tanaman seledri di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman seledri yaitu kutu daun yang dapat menyebabkan tanaman seledri mengering.

    Pengelolaan kesehatan tanaman dalam budidaya tanaman sendiri memiliki berbagai macam metode, yang dapat secara umum dibedakan menjadi dua yaitu secara konvensional atau secara terpadu. Kedua cara ini memiliki penerapan yang berbeda-beda untuk mengendalikan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian konvensional sangat banyak digunakan dan dikenal dengan kemudahannya, meskipun memiliki dampak-dampak buruk dibalik kemudahan yang ditawarkan. Pengendalian konvensional dapat diartikan dengan pengendalian yang menggunakan bahan-bahan kimiawi seperti pestisida dalam mengendalikan penyakit maupun hama. Sedangkan pengendalian secara terpadu, untuk awalnya memang membutuhkan usaha lebih namun sangat baik bagi kelanjutan ekosistem dan lingkungan.

    Tentu dalam pengelolaan kesehatan tanaman, direkomendasikan menerapkan konsep pengendalian secara terpadu.Menurut Laila (2011), strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metoda pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Pengendalian hama terpadu adalah sistem pengendalian OPT yang merupakan bagian dari sistem pertanian berkelanjutan yang efektif, ekonomis, aman, dan ramah lingkungan. Secara prinsipnya, menurut Ratih (2016) prinsip PHT adalah penggunaan tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan mingguan, dan petani sebagai ahli PHT.

    Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tanaman seledri dalam pengelolaan kesehatannya berhadapan dengan beberapa penyakit dan hama. Masing-masing penyakit dan hama ini juga memiliki metode masing-masing dalam pengendaliannya. Penyakit puru akar pada seledri yang disebabkan nematoda Meloidogyne spp tidak hanya menyebabkan terbentuknya puru akar, menurut Prasasti (2012), selain terbentuknya puru akar, akar lebih sedikit, daun mengalami klorosis, layu, banyak yang gugur, dan tanaman kerdil, dan serangan yang berat menyebabkan tanaman mati. Pengendalian penyakit puru akar sendiri dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti menggunakan bakteri endofit secara in vitro, dan dapat menggunakan insektisida Curacron. Pengendalian hama seperti kutu daun juga dapat dilakukan dengan menerapkan konsep PHT. Kutu daun dapat diatasi dengan agensia hayati yang mengandung bahan aktif jamur Beauveria bassiana dan Nomuraea rileyi. Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Basudin 60 EC.

    Pengelolaan kesehatan tanaman seledri yang diterapkan dengan menggunakan pengendalian secara terpadu akan mengkombinasikan metode alami dan kimiawi, sehingga secara ekologi pun terjaga. Dari segi kuantitas dan kualitas hasil produksi pun akan baik. Sehingga untuk pengelolaan kesehatan tanaman seledri dapat menggunakan sistem pengendalian secara terpadu agar dampak-dampak buruk dapat diminimalisir.
   

REFERENSI

Kurniawati, F., Supramana, S., & Adnan, A. M. 2017. Spesies Meloidogyne Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia13(1), 26-26.

Laila, M. S. I., Agus, N., dan Saranga, A. P. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Jurnal Fitomedika, 7(3), 162-166.

Ratih, S. I., Karindah, S., dan Mudjiono, G. 2016. Pengaruh sistem pengendalian hama terpadu dan konvensional terhadap intensitas serangan penggerek batang padi dan musuh alami pada tanaman padi. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 2(3), pp-18

Prasasti, W. D. 2012. Strategi Pengendalian Penyakit Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat (Solanun lycopersicum L.).Yogyakarta (ID): UGM Press. 

https://8villages.com/full/petani/article/id/58c50fe17349a2dc13451427


Sebagai Pemenuhan Tugas MOPTT Agroteknologi UPN "Veteran" Jawa Timur

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Sri Wiyatiningsih, MP

Ditulis Oleh :
Irfan Nurfaiq (19025010069)

Post a Comment

0 Comments